Riwayat Hidup Konghucu Dan Kitab Suci Agama
Khonghucu
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
pada Mata Kuliah Agama Tao dan konfusianisme
Disusun oleh:
Maesarotun Ni’mah_1110032100047
Nopridayana_1110032100063
Rizky Yazid_1110032100055
Siti Romlah Hasanah_1110032100072
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2012
Sejarah mencatat, Nabi Khonghucu hidup pada jaman Chun Chiu (Jaman
Musim Semi dan Musim Rontok). Tentang jaman ini kita tengok sejenak.
Di dalam Sejarah Suci Agama Khonghucu kita mengenal Raja Suci Tong
Giau (2357 SM-2255 SM) dan Raja Suci Gi Sun (2255 SM-2205 SM). Setelah jaman
raja suci itu, selanjutnya kita mengenal adanya Tiga Dinasti. Yang dimaksud
dengan Tiga Dinasti itu ialah :
1.
DINASTI
HE (2205 SM-1766SM), didirikan oleh I Agung yang didampingi Nabi Ik dan berahir
pada jaman pemerintahan raja He Kiat atau Kiat kwi.
2.
DINASTI
SIANG atau IEN (1766 SM-1122 SM), didirikan oleh raja Sing Thong yang
didampingi Nabi I Ien dan berahir pada jaman pemerintahan raja Tiu atau Ien
Siu.
3.
DINASTI
CIU (1122 SM-225 SM) didirikan oleh Raja Bu atau Ki Hwat, putra kedua Nabi Ki
Chiang atau Bun Ong, didampingi oleh adiknya yang keempat, Nabi Ciu Kong atau
Ki Tan dan berahir pada jaman pemerintahan raja Ciu Lam Ong yang menyerah
kepada Kaisar Pertama Dinasti Chien atau Chien Si Ong. Jaman Chun Chiu adalah
jaman pertengahan dinasti Ciu.
Pemerintahan
dinasti Ciu mengalami kejayaan dalam pemerintahan Raja Bu (1134 SM-1115 SM)
Raja Sing (1115 SM-1078 SM), dan Raja Khong (1078 SM-1052 SM) dan mengalami
kekacauan dan kemerosotan pada jaman pemerintahan Raja Lee (878 SM-827 SM) dan
mengalami kehancuran ibukota Hau KHia pada jaman Raja Ciu Yu Ong (827 SM-770
SM) karena diserbu orang-orang Khian Jiong (Tartar) dan Raja Yu terbunuh.
Putranya, Ciu Ping Ong (770 SM-719 SM) memindahkan ibukota ke Loo Iep dan sejak
itu (770 SM) dinasti Ciu dinamai Dinasti Ciu Timur.
Pada
jaman dinasti Ciu Timur ini, kekuasaan raja-raja dinasti Ciu menjadi sangat
lemah dan bergantung kepada rajamuda-rajamuda pemimpin. Rajamuda Pemimpin
adalah rajamuda negara bagian yang berhasil menghimpun kekuasaan dan atas nama
kaisar memimpin dan memerintah rajamuda-rajamuda lainnya. Ada lima rajamuda
pemimpin yang termasyhur, yakni Cee Hwan Kong (Rajamuda Muda Pemimpin bernama
Hwan dari negeri Cee), Song Siang Kong, Cien Bun Kong, Chien Bok Kong, Cho Cong
Ong yang berturut-turut memegang kekuasaan. Pada masa hidup Nabi Khonghucu
meskipun tidak resmi, yang menjadi Rajamuda Pemimpin ialah Raja Hu Chai dari
Negeri Go dan selanjutnya Raja Ko-cian dari negeri Wat atau Viet. Jaman
berkuasanya raja-raja muda pemimpin inilah yang dinamai jaman Chun Chiu (722
SM-481 SM) yang didasarkan kepada kitab Chun Chiu yang dibukukan oleh Nabi
Khonghucu dimulai dari tahun pertama pemerintahan Rajamuda Ien dari negeri Lo
sampai peristiwa terbunuhnya sang Kilin (tahun ke 14 pemeritahan Rajamuda Ai
dari negeri Lo, 481 SM). Pada jaman Chun Chiu itu dikenal berpuluh bahkan
beratus Negeri bagian dinasti Ciu seperti : Cee, Song, Cien, Chien, Cho, Go,
Wat, Lo, Wee, Tien, Chai d.l.l. Pada jaman itu sering terjadi peperangna memperebutkan wilayah kekuasaan sehingga
menimbulkan kekacauan dan penderitaan menimpa rakyat. Di dalam jaman yang gelap
itulah Nabi Khonghucu lahir dan sebagai Bok Tok atau Genta Rohani Tuhan YME
mengajak dunia kembali mentaati ajaran Agama, menempuh Jalan Suci dan
menggemilangkan kebajikan. Karena itu dapat dibayangkan betapa berat tugas suci
yang dilaksanakan Nabi Khonghucu.
Setelah
berahir jaman Chun Chiu, kekacauan bukan berkurang bahkan menjadi-jadi. Banyak
negeri yang kecil-kecil ditelan oleh negeri yang lebih besar dan munculh tujuan
negara besar yang sudah tidak menganggap kekuasaan raja dinasti Ciu lagi : -
kepala negaranya menyebut dirinya raja. Yaitu negeri Cee, Yan, Cho, Chien dan
negeri Cien pecah menjadi tiga negeri : Thio, Gwi, Han. Tujuan negeri ini
selalu berperang berebut kekuasaan. Negeri Chien adalah yan palng ditakuti
sehingga beberapakali enam negeri itu bersekutu menghadapi negeri Chien tetapi
selalu dapat dicerai beraikan. Jaman saling berperangnya tujuh Negara itu
dinamai jaman Cian Kok atau peperangan antar Negara (403 SM-221 SM) yang baru
berahir setelah seluruh Negara berhasil disatukan oleh negeri Chien pada 221
SM. Demikian berahirnya jaman dinasti CIU.
Menurut
catatan, Nabi Konghucu adalah keturunan Siat, Mentri Pendidikan (Shu To) pada
jaman Raja Suci Giau dan Sun, bapak Siat adalah Baginda Sing Thong, pendiri
dinasti Siang. Raja terahir dinasti Siang, raja Tiu mempunyai seorang kaka
bernama Bicu Khee yang dianggap sebagai nenek moyang langsung nabi Konghucu.
Setelah
dinasti Siang tumbang dan berdiri dinasti Ciu, oleh kebesaran jiwa Raja Bu dan
Nabi Ciu Kong, maka Bicu Khee dianggkat menjadi Rajamuda negeri Song untuk
lestarinya kurun dinasti Siang dan tetap terawatt kuil leluhur (Cong Bio)nya.
Bicu Khee tidak mempinyai anak, karena itu kedudukannya diwariskan kepada
adiknya yang bernama Bi Tong. Keturunan Bi Tong lah yang turun-temurun
memerintah negeri Song.
Bi
Tong berputra Song Kong KHee, Song Kong Khee berputra Ting Kong Sien, Ting Kong
Sien berputra Bien Kong Kiong, Bien Kong Kiong berputra Siang Kong Hi, Siang
Kong Hi berputra HU Hoo.
Hut
Hu Hoo tidak mewariskan kedudukannya kepada anakanya melainkan kepada
saudaranya : Song Lee Kong. Meski demikian keturunan Hut Hu Hoo tetap bangsawan
yang terpandang di negeri Song.
Hut
Hu Ho berputra Song Hu Ciu, Song Hu Ciu berputra Si Hu Sing , Si Hu Sing
berputra Cing Khoo Hu, Cing Khoo Hu
berputra Khong Hu Ke mengganti nama marga, yaitu mulai menggunakan marga Khong.
Khong
Hu Ke berputra Khong Kiem HU, Khong Kiem Hu berputra Khong Koo I, Khong Koo I
berputra Khong Hong Siok.
Pada
masa hidup Khong Hong Siok ini terjadi huru hara di negeri Song oleh ulah kepala
keluraga Hwa. Mereka berhasil merebut kekuasaan dan melakukan fitnah terhadap
Kong Hong Siok, maka keluarga Khong meninggalkan negeri Song dan mengungsi ke
negeri Lo dan ahirnya menetap disana.
Khong
Hong Siok berputra Khong Pik He, Khong Pik He berputra Khong Hut, alias Siok
Liang, Siok Liang Hut inilah ayah Nabi Khongcu. Riwayat hidup konghucu akan
dimulai dari sini.
Kita
ketahui bahwa pada waktu itu dinasti Ciu diperintah oleh raja Ciu Ling Ong (571
SM-554 SM) dan negeri Lo diperintah oleh Rajamuda Lo Siang Kong.
Seperti
Rajamuda-rajamuda lain pada jaman Chun Ciu, Lo Siang Kong memerintah negerinya
seperti negeri yang lepas dari dinasti Ciu, tetapi kekuasaan Rajamuda negeri Lo
sendiri ternyata dikuasai oleh Tiga Kepala Keluarga Bangsawan Besar Negeri Lo
yaitu Kepala Keluarga Kwi Sun, Siok Sun dan Bing Tiong Sun.
Negeri
Lo terletak di bagian tengah jazirah Shantung, terjepit antara negeri-negeri
Cee, Wee, Coo, Song dan Go. Di bagian Utara negeri Lo, berbatasan dengan negeri
Cee terletak Gunung Tai San. Gunung Suci tempat raja-raja purba melakukan
sembahyang besar kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Negeri
Lo biarpun negeri Kecil tetapi mempunyai kedudukan penting di dalam dinasti Ciu
karena rajamuda-rajamuda negeri Lo adalah keturunan Nabi Besar Ciu Kong, adik
Raja Bu. Rajamuda negeri Lo bertugas mewakili raja dinasti Ciu melakukan
sembahyang besar kepada THIAN, Tuhan Yang Maha Esa di Gunung Thai San dan
ibukotanya sebagai pusat kebudayaan, ialah kedua setelah ibukota dinasti Ciu.
B.
RIWAYAT HIDUP
KONGHUCU
Jika membahas ajaran agama – agama seperti Budhisme dan Hinduisme, tidak
akan lengkap jika tidak membahas ajaran konfusianisme, sebab ajaran ini
memperoleh sejumlah besar pemeluk – pemeluknya di Tiongkok yang sedikit banyak
mempunyai titik singgung berdekatan dalam segi hidup rohaniahnya, di samping
itu ia mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan filsafat di Asia Timur,
seperti di Jepang.
Bangsa Tiongkok dikenal sebagai bangsa yang memiliki adat- istiadat
kehidupan masyarakat dalam beberapa hal[2]
:
1. Sangat mengagungkan kepercayaan terhadap hal- hal ghaib, roh – roh serta
para leluhurnya. Dengan kata lain, mereka berfaham animisme (serba roh).
2. Sangat menjunjung tinggi etika serta upacara – upacara dalam hidup
bermasyarakat.
3. Sangat mementingkan kehidupan mental daripada material (kebendaan).
Dengan demikian, maka apabila ingin mendalami ajaran – ajarannya,
terlebih dahulu perlu memahami adat kepercayaan masyarakatnya.
Sebagai bangsa yang kaya akan pandangan hidup kebatinan yang bijaksana,
tradisi bangsa tersebut dapat disejajarkan dengan bangsa india. Hanya ada
sedikit perbedaan antara kedua bangsa ini yang dalam cara menanggapi kehidupan
duniawi sebagai sesuatu yang penuh dengan samsara (penderitaan karena
penjelmaan berkali- kali) yang harus secepatnya mendapatkan kelepasan.
Sedangkan bangsa Tionghoa Kuna mempunyai pandangan sebaliknya yaitu menanggapi
hidup duniawi penuh dengan optimisme, karena jika hidup di dunia baik maka hidup
di alam lain akan baik pula.
Pandangan Hidup Bangsa Tiongkok Kuna
Untuk mengetahui bagaimana
pandangan hidup bangsa Tiongkok kuna pada masa itu, dapat diketahui melaui
gambaran yang dikemukakan oleh seorang sarjana Tiongkok bernama Dr. Lin Yu Tang
yang menyatakan bahwa “Budi” itu adalah kekuatan yang mencari keselarasan
dengan dunia sekitarnya yaitu suatu sikap kejiwaan yang terpuji dalam
keseluruhan bentuk hidup yang luas sesuai dengan hukum dunia yang paling tinggi
yakni hukum Tao. Lidah manusia tidak mampu merumuskan dengan kata – kata apapun
juga tentang Tao itu. Sikap kejiwaan yang demikian itu dapat membuka diri
pribadi mereka. Tiongkok mempunyai tiga macam agama, ketiganya merupakan satu
agama. Ketiga agama tersebut adalah Kunfucianisme, Taoisme dan Budhisme.[3]
Mengingat kuatnya
tradisi, pandangan hidup rohaniah yang berlatar belakang pada kepercayaan terhadap hal – hal ghaib
itu, maka dapat dikatakan bahwa landasan hidup keberagamaan bangsa Tiongkok
adalah animisme yang dipadu dengan theisme[4].
Landasan ini dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan – pemujaan terhadap leluhur
(nenek moyang), langit dan alam sekitar. Oleh karena itu dalam berbuat baik
terhadap roh leluhur, biasanya orang yang telah meninggal dunia ini dimakamkan
di tanah milik mereka sendiri, serta membuat meja sembahyang (altar) untuk
kepentingan tersebut.
Selain itu bangsa
Tiongkok kuna selalu mengadakan upacara dengan tujuan untuk menghormati Dewa
–dewa. Upacaraselalu ditetapkan pada saat yang khusus dalam kehidupan manusia.
Sikap pemujaan semacam ini menimbulkan hal – hal yang tabu dan sakral dalam
kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, kehidupan masyarakat Tiongkok kuna baik
kalangan bangsawan maupun rakyat jelata selalu diikat dengan peraturan yang
bertujuan mempertahankan adanya harmonisasi antara satu dengan yang lain,
antara manusia dengan manusia, antara bawahan dengan atasan, antara manusia
dengan makhluk lainnya, antara susunan dunia dengan sususnan yang ada di
langit, dan antara manusia dengan alam sekitarnya.[5]
C.J. Bleeker
mengatakan bahwa bentuk awal dari konsep keberagamaan orang Cina itu terdiri
dari : pemujaan alam, pemujaan, atau penghormatan pada leluhur, dan pemujaan
terhadap langit.[6]
Fase Riwayat
Hidup Khonghucu
·
Masa Kecil dan
Masa Muda Khonghucu
Khonghucu (Confusius) lahir d kota Tsou, di negeri Lu. Leluhurnya adalah K’ung
Fangshu (yang merupakan generasi kesembilan dari raja muda negeri Sung dan
generasi keempat sebelum Khonghucu). Fangshu adalah ayah Pohsia, dan Pohsia
adalah ayah Siok- Liang Hut. Hut adalah ayah Khonghucu, istrinya berasal dari
seorang wanita dari keluarga Yen. Murid – murid Khonghucu pada masa itu
menyebutnya Khonghucu atau Khongcu yang berarti “guru Khong”. Sarjana – sarjana
barat menyebutnya Konfucius.
Sewaktu Khonghucu berusia tiga tahun, bapanya meninggal dunia dan
dimakamkan di Fangshan, yang terletak di bagian paling timur Negeri Lo (di
Shantung). iapun diasuh dan dibesarkan oleh ibunya. Guru guru yang mengajarnya
sangat memujikan kecerdasan Khonghucu. Sewaktu sudah dewasa, kecerdasan dan
kebijaksanaanya menjadi buah tutur dalam distrik kediamannya itu. Banyak orang datang
menjumpainya untuk bertukar pikiran maupun bertanyakan sesuatu hal.[7]
Ketika Khonghucu berusia empat tahun, ia bermain dengan teman – teman
sebayanya. Dalam bermain, ia senang memimpin teman – temannya dalam nmenirukan
orang – orang dewasa melakukan upacara sembahyang. Pada ibunya, ia pernah
meminta alat – alat sembahyang tiruan yang disebut dengan Cao[8]
dan Too[9].
Alat – alat tersebut ia letakkan di atas meja, kemudian ia memimpin teman –
temannya untuk melakukan sembahyang. Kedua alat tersebut selalu digunakan orang
Cina dalam melakukan sembahyang. Ini menunjukkan bahwa sejak kecil Khonghucu
telah memperlihatkan sifat – sifat yang mulia, yaitu sangat menghargai dan
menghormati para leluhurnya.
Pada usia tujuh tahun Khonghucu secara formal bersekolah di perguruan Yan
Ping Tiong[10] yan Ping Tiong adalah
orang yamg kemudian terkenal sebagai Perdana Menteri Negari Cee. Di sekolah,
Khonghucu dan teman – temannya diajari cara menyiram, membersihkan lantai,
Tanya jawab, budi pekerti, music, naik kuda, memanah, bahasa, dan berhitung.
Pendidikan formal Khonghucu hanya berlangsung selama tujuh tahun dan setelah
itu ( pada saat usianya 15 tahun) ia terpaksa menuntut ilmu di luar sekolah.
Oleh sebab itu, pada usianya 17 tahun ia terpaksa meninggalkan sekolah untuk
bekerja demi meringankan pekerjaan ibunya.
Pada usia 19 tahun, Khnghucu menikah dengan seorang gadis dari keluarga
Kian- Kwan dari negeri Song. Acara pernikahan hanya dilakukan secara sederhana
dan tidak terlalu mencolok seperti yang dilakukan orang orang pada saat itu.
Dari pernikahan tersebut, ia mendapatkan seorang anak laki – laki yang diberi
nama Li atau Pik Gi. Li berarti Ikan Gurami, sedangkan Pik Gi adlah putra
pertama yang bernama ikan. Pik Gi tampaknya tidak secemerlang ayahnya, namun
anaknya (cucu Khonghucu) yang bernama Cu su berhasil meneruskan ajaran kakeknya (Khonghucu)
dengan membukukan kitab Tiong Yong (tengah sempurna).
Ketika Khonghucu berusia 20 tahun, ia bekerja pada keluarga bangsawan
besar Kwi-sun. hal ini ia lakukan untuk membiayai kehidupan rumah tangganya.
Di keluarga bangsawan besar Kwi-sun, Khonghucu diberi tugas sebagai
kepala dinas pertanian. Meskipun pekerjaan ini kurang sesuai dengan keahlian
yang dimilikinya, namun Khonghucu tetap dapat melaksanakan tugas itu sebaik-
baiknya.
Dalam mengawasi seluruh pekerjaan pengumpulan hasil bumi keluarga
bangsawan besar Kwi-sun, Khonghucu selalu menjaga jangan sampai ada kecurangan
dan pemerasan yang dapat merugikan para petani. Karena sikapnya yang ramah ini,
ia jadi banyak tahu tentang persoalan
yang dihadapi oleh para petani tersebut.
Dalam pengaturan tata buku,ia melakukannya dengan penuh keseksamaan dan
tertib. Dengan kebijaksanaanya dalam memimpin, dalam wwktu yang tidakbegitu
lama ia dapat menertibkan pekerjaan yang dulunya tidak beres dan dapat
memberantas praktek – praktekilegal yang dapat merugikan rakyat banyak.
Keberadaan Khonghucu pada kepala keluarga bangsawan besra Kwi- sun tidak
hanya sebagai pemimpin dinas pertanian tapi juga diserahi tugas untuk memimpin
dinas peternakan yag sudah cukup lama mempunyai masalah. Penyerahan tugas baru
oleh kwi-sun pada Khonghucu ini tentu saja tidak terlepas dari keberhasilannya
dalam memimpin dinas pertanian milik keluarga bengsawan besar tersebut. Tugas
baru ini ia terima dengan senang hati dan dengan kesungguhan hati pula ia
menyelesaikan berbagai masalah yang ada dalam dinas peternakan itu.
Sewaktu ibunya meninggal dunia, iapun berkabung tiga tahun lamanya,
menurut adat istiadat Tiongkok. Masa tiga tahun itu dipergunakannya untuk
memperdalam pengetahuannya dalam bidang sejarah, sastra dan filsafat. Sehabis
masa tiga tahun itu ia tidak balik memegang jabatannya dalam pemerintahan, tapi
membuka perguruan.[11]
·
Karir Sebagai
Guru
Nama Khonghucu makin harum dan para pelajar
lambat laun makin berduyun datang untuk belajar dari seluruh wilayah Lu, dan
juga dari berbagai wilayah di luar Lu. Sewaktu usianya 34 tahun maka para
pelajar pada perguruannya itu sudah berjumlah lebih 3.000 orang.[12]
Wazir besar wilayah Lu menganjurkan puteranya
supya belajar kepada Khonghucu. Melalui pitra wazir besar itu, maka Khonghucu
pada akhirnya berkenalan dengan Duke of Lu[13]
hal itu makin menambah harum nama ahli pikir muda itu.
Sekitar 498 SM, Konfusius memutuskan untuk
meninggalkan rumahnya di Lu dan memulai perjalanan panjang di seluruh China
timur. Ia disertai oleh beberapa orang muridnya (pengikut). Mereka mengembara
di seluruh negara timur Wei, Sung, dan Ch'en dan dalam beberapa kali kehidupan
mereka terancam. Konfusius hampir dibunuh di Sung.
Konfusius diterima dengan hormat oleh para
penguasa negara-negara yang ia kunjungi, dan ia bahkan tampaknya telah menerima
pembayaran sesekali. Ia menghabiskan banyak waktunya mengembangkan gagasannya
tentang seni pemerintahan, serta melanjutkan ajarannya. Dia memiliki banyak
pengikut, dan pemadatan sekolah Konfusianisme mungkin terjadi selama
bertahun-tahun. Tidak semua murid-Nya mengikuti Dia dalam perjalanan. Beberapa
dari mereka benar-benar kembali ke Lu dan mengambil posisi dengan klan Chi. Ini
mungkin telah melalui pengaruh mereka bahwa dalam 484 SM Konfusius diundang
kembali ke Lu.
·
Keberhasilan Khonghucu
dalam Memimpin
Khonghucu tidak hanya teguh dalam pendiriannya,
menjadi teladan bagi semua orang, jujur, hidup sederhana, memberikan nasehat
pada orang lain, dan selalu berada di jalan suci, tapi juga berhasil menegakkan
program pemerintah, sehingga dalam waktu yang begitu cepat, ia dapat
menciptakan masyarkat adil dan makmur. Semua golongan masyarakat memperoleh
pekerjaan dan pendidikan yang dapat dirasakan oleh seluruh golongan masyarakat.
Untuk itu, dalam waktu yang relative singkat dapat dibangun kesadaran moral
yang tinggi, tidak penipuan, pemalsuan, korupsi dan sebagainya. Dengan
demikian, wajarlah jika daerah Tiongto yang dipimpin oleh Khonghucu menjadi
darah teladan. Dengan kenberhasilannya itu, Khonghucu diangkat menjadi gubernur
di daerah Tiongto, Khonghucu tidak bekerja sendiri, ia dibantu oleh para
muridnya. Berkat kerja sama ynag baik antara antara pimpinan dengan bawahannya,
atau antara guru dengan murid, daerah tersebut menjadi makmur dan berjalan
sesuai dengan kaedah – kaedah normal.
Berita tentang keberhasilan
Khonghucu dalam memimpin Tiongto tersebar kemana- mana, dan hal ini juga
didengar oleh raja muda Lo Ting Kong. Tak lama kemudian tergeraklah hatinya
untuk membuktikan kebenaran berita tersebut. Oleh karena itu, pada suatu hari
ia menyempatkan diri untuk mengunjungi Khonghuc dsn sekaligus membuktikan kebenaran
tersebut, Raja Muda Lo Ting Kong barulah yakin, apa yang ia dengar itu benar –
benar terjadi. Setelah melihat keberhasilan itu raja, Raja Muda Lo mengajukan
usul kepada Khonghucu agar apa yang ia capai di Tiongto dapat juga disebarkan
ke seluruh negeri Lo. Dengan penuh keyakinan Khonghucu berkata, “keberhasilan
ini tidak hanya dapat dicapai di seluruh negeri Lo, tapi juga bias diwujudkan ke
seluruh dunia.”[14]
Dilihat konteks di atas, Khonghucu tidak hanya sebagai tokoh spiritual
yang selalu mempunyai pikiran brilian, tapi juga sebagai negarawan yang dapat
mewujudkan negeri yang adil dan makmur, yang ia bangun dengan landasan moral
yang dulunya tidak begitu banyak diperhitungkan oleh para penguasa.
Khonghucu adalah seorang yang bermoral dan sangat menjunjung tinggi nilai
– nilai moral. Jika ia melihat seseorang yang bertingkah laku tidak sesuai
dengan kaedah – kaedah moral, maka ia tidak segan – segan untuk ikut
memperbaikinya. Khonghucu sangat prihatin melihat kehidupan orang masa itru, di
mana mereka banyak tang senang berfoya – foya, mabuk – mabukan, mengeruk hasil
keringat rakyat, dan sebagainya. Oleh karena itu ia merasa terpanggil untuk
memperbaikinya.
Khonghucu wafat pada 479 S.M. ajarannya dilanjutkan dan dikembangkan oleh
cucunya, Tzu- Szu, serta tokoh – tokoh yang lainnya seperti Meng-tze (372-289
S.M.). setelah Khonghucu meninggal, ajarannya masih dirasakan sampai sekarang,
bahkan seluruh dunia mengenalnya, serta mempraktekkan ajarannya.
Dalam mengajarkan ajaran- ajarannya
Khonghucutidak suka mengkaitkan paham ketuhanan, ia menolak membicarakan
tentang akhirat dan hal – hal yanh bersifat metafisika, ia hany aseoran Filosof
sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak pribadi manusia yang
baik. Namun dikarenakan ajaran – ajarannya lebih banyak mengarah pada kesusilaan
dan mendekati ajaran keagamaan maka ia sering digolongkan dan dianggap sebagai
pembawa agama [15]
C.
Kitab Suci
Agama Konghucu (Ngo King, Su Si dan Hau King)
Kitab suci merupakan
suatu pedoman agama bagi para pengikut suatu agama. Tanpa kitab suci, sulit bagi
kita untuk mengetahui kebenaran ajaran suatu agama. Kitab suci suatu agama
adalah kitab yang berisikan ajaran moral yang dapat dijadikan pandangan hidup
bagi para pengikutnya.
Untuk mengetahui
ajaran suatu agama, kita dapat melihat dari kitab – kitab yang dimilikinya,
karena tanpa adanya kitab, sulit bagi kita untuk mengetahui apa sebenarnya yang
terkandung dalam agama yang mereka anut, tidak hanya itu, kitab suci juga dapat
dijadikan bahan dalam membandingkan ajaran suatu agama dengan yang lainnya. Begitu
juga dengan agama Khonghucu, agama ini juga memiliki kitab suci. Kitab – kitab
yang dianggap suci dan dijadikan pedoman bagi kehidupan beragama umat Khonghucu
adalah “Su Si” (kitab yang empat atau kumpulan dari empat buah kitab) dan Wu
Cing atau Ngo King (lima Kitab) dan Hau King.[16]
1.
SU SI / Shi Su
/ Empat Buku.
Adalah Kitab
Suci yang langsung bersumber pada Nabi Khongcu hingga Bingcu. Merupakan Kitab
Suci yang pokok dalam Ji Kau. Kitab Suci ini terhimpun dan terbukukan dari Nabi
Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari :
·
KITAB THAI HAK
/ Da Xue / Kitab Ajaran Besar.
Ditulis oleh
Cingcu / Zheng Zi atau Cham / Can alias Cu I / Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari
angkatan muda. Terdiri dari 1 Bab utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V.Merupakan
Kitab Tuntunan panduan pembinaan diri yang berisi tentang etika dalam kehidupan
keluarga, masyarakat, Negara dan dunia.
Dalam kata
pengantar kitab Thai hak tersebut
dikatakan bahwa Thai Hak ini adalah kitab warisan mulia kaum Khong yang
merupakan ajaran permulaan untuk memasuki pintu gerbang kebajikan. Dengan
mempelajari kitab Thai Hak ini dapat diketahui cara belajar orang zaman dahulu.
Siapa yang akan mempelajari kitab – kitab lainnya seperti Lun Yu atau Lun Gi
(sabda suci), Tiong Yong atau Zhong Yong (tengah sempurna), dan Bingcu atau
Mencius, dapat mulai dengan mempelajari kitab Thai Hak ini.[17]
·
KITAB TIONG
YONG / Zhong Yong / Kitab Tengah Sempurna.
Ditulis oleh Cu
Su / Zi Shi alias Khong Khiep, cucu Nabi Khongcu.yang kemudian disusun lagi
oleh Zi Hi.Terdiri dari satu Bab utama 32 Bab uraian, 3.568 huruf.Merupakan
Kitab Keimanan bagi Umat Ji.[18]
Kitab Tiong
Yong ini berarti tengah sempurna. “tangah” diartikan “tepat sasaran”,
ditambahkan lagi bahwa “tengah” itu “jalan yang lurus di dunia” dan “sempurna”
adalah “hukm tetap dunia”. Dapat juga dikatakan bahwa “tengah sempurna” itu
adalah berbuat sesuai dengan hukum alam.[19]
Disamping
membicarakan mengenai Tiong Yong itu sendiri, kitab ini juga membicarakan
tentang arti agama, Thian (Tuhan Yang Maha Esa), susilawan (Kuncu), Tuhan dan
manusia yang susila (kuncu), serta membicarakan mengenai keperwiraan , ajaran –
ajaran etika, keimanan, jalan suci Tuhan Ynag Maha Esa, dan hukum – hukum yang
ada dalam alam ini.
·
KITAB LUN GI /
Lun Yu / Kitab Sabda Suci
Merupakan
kumpulan perkataan Khonghucu, yang disusun para pengikutnya setelah Khonghucu
wafat. Kitab ini ada tiga macam, yaitu versi Naskah Kuno, versi Shi’I, dan
versi Lu. Yang kebanyakan dipakai sekarang adalah versi Lu. Antara ketiga versi
itu berbeda-beda.[20]
secara umum kitab ini berisi tentang Hak Ji
(belajar), Wi Cung (pemerintahan), Pat Let (tarian/ seni), Li Jien (cinta
kasih), nama – nama orang, Hiang Tong (kampong), dan lain- lain.
Secara khusus
Lun Yu berisikan hal – hal yang berhubungan dengan pembicaraan dan nasehat yang
diberikan oleh Khonghucu yang berkaitan dengan kondisi masa itu.[21]
·
KITAB BINGCU /
Mencius / Kitab Bingcu.
Sebagian
ditulis Bingcu sendiri, sebagian merupakan catatan Ban Ciang / Wan Zhang dan
Khongsun Thio / Gong Sunchou, murid-muridnya. Terdiri dari 7 Bab, masing-masing
A dan B, 35.377 huruf. Adalah kumpulan tulisan yang mencatat percakapan Bingcu
dalam menjalankan kehidupan masa itu dengan menegakkan ajaran – ajran
Khonghucu. Pendirian Bing Cu adalah mengungkapkan cinta kasih dan kebenaran,
menebarkan jalan suci, kebajikan, dan mengakui Tuhan Ynang Maha Esa (Thian).[22]
2.
NGO KING (Lima
Kitab)
Adalah
Kitab-Kitab Suci yang berasal dari para Nabi Purba dan Raja Suci, merupakan
Kitab-Kitab Suci yang mendasari Agama Khonghucu.
Ngo King ini dihimpun, diedit, dibakukan, disusun, dan terbukukan oleh Nabi Khongcu.
Terdiri dari :
Ngo King ini dihimpun, diedit, dibakukan, disusun, dan terbukukan oleh Nabi Khongcu.
Terdiri dari :
·
SIE KING / SHI
JING / KITAB SAJAK
kitab ini terdiri dari 39.222 huruf yang
berisikan kumpulan sajak ata nyanyian yang bersifat lagu rakyat yang berasal
dari berbagai negeri, sajak ini dibagi ke dalam empat bagian nyanyian untuk
upacara istana dan nyanyian untuk mengiringi uapacara ibadah, yaitu:Kok Hong (
Nyanyian Rakyat ), Siau Nge ( Pujian kecil ), Tai Nge (pujian besar), dan Siong
( Pemujaan / Puja ).
Sajak yang tertua berasal dari Dinasti Siang 1766-1122 SM, sedngkan yang termuda berasal dari jaman Raja Muda Ciu Ting Ong ( 605-586 SM).[23]
Sie King dibagi menjadi 4 Bab, yakni :
Sajak yang tertua berasal dari Dinasti Siang 1766-1122 SM, sedngkan yang termuda berasal dari jaman Raja Muda Ciu Ting Ong ( 605-586 SM).[23]
Sie King dibagi menjadi 4 Bab, yakni :
·
Kok Hong / Guo Feng / Nyanyian Rakyat atau Adat
Istiadat
15 Buku 160 Sajak
15 Buku 160 Sajak
·
Siau Nge / Xiau Ya / Pujian Kecil, pengiring
upacara di istana.
8 Buku 80 Sajak
8 Buku 80 Sajak
·
Tai Nge / Da Ya / Pujian Besar kepada Nabi Ki
Chiang / Bun Ong
3 Buku 31 Sajak
3 Buku 31 Sajak
·
Siong / Song untuk mengiringi upacara
peribadahan
3 Buku 40 Sajak
3 Buku 40 Sajak
Setelah terjadi
pembakaran Kitab-Kitab oleh Chien Sie Ong / Chin Shi Huang, para cedekia di
Jaman Dinasti Han mengumpulkan sajak-sajak yang tercecer. Ada beberapa macam
Kitab Sajak yang berhasil dihimpun oleh mereka. Yaitu:
1. Lo Sie / Lu Shi, Sie King dari Negeri Lo.
1. Lo Sie / Lu Shi, Sie King dari Negeri Lo.
Susunan Sien
Pwee atau Sien Kong / Shen Gong pada Jaman Han Bu Tee ( 140-87 SM ). Sien Pwee
memperolehnya dari Hau Kiu Poo ( Negeri Cee ), guru Khong An Kok / Kong An Guo,
keturunan Nabi Khongcu, tokoh aliran kuno.
2. Cee Sie / Qi Shi, Sie King dari Negeri Cee.
2. Cee Sie / Qi Shi, Sie King dari Negeri Cee.
Susunan Wan
Gong / Yan Gong, pada jaman Han King Tee ( 156-141 SM ), hidup sampai jaman Han
Bu Tee dalam usia lebih dari 90 tahun. Murid terkenal Heho Sicong.
3. Han Sie / Han Shi, Sie King dari Negeri Han.
3. Han Sie / Han Shi, Sie King dari Negeri Han.
Disusun oleh
Han Ing / Han Ying, orang Negeri Yan pada jaman Han Bu Tee (179-157SM).
4. Mo Sie / Mau Shi, Sie King orang Negeri Mo.
4. Mo Sie / Mau Shi, Sie King orang Negeri Mo.
Disusun oleh Mo
Hing / Mau Heng, orang negeri Lo. Dilanjutkan oleh Mo Tiang / Mau Chang. Inilah
Sie King yang terkenal sampai sekarang. Disamping lestari, juga dipercaya
keasliannya. Sam Jie King Cu Kai Pwee Yau – Kitab Tiga Huruf – menyebut versi
ini..[24]
·
SU KING / Shu
Jing / Kitab Hikayat
kitab ini
berisikan teks – teks dokumentasi sabda, peraturan, nasehat, maklumat para
Nabidan raja – raja suci purba. Kitab yang tertua ber sal dari zaman sekitar
abad ke-23 S.M. dan yang terakhir berasal dari zaman pertangahan dinasti Ciu,
sekitar abad ke-6 S.M.[25]
Su King terdiri
dari 25.700 huruf, tersisa 58 Bab. Terdiri dari 4 Buku 6 Jilid, yaitu:
1.
Gi su, 5 Bab, Hikayat Tong Giau ( 2357 – 2255
SM ) & Gi Sun ( 2255 – 2205 SM ) Didalamnya terdapat Giau Tian (
perundangan Baginda Giau ) dan Sun Tian ( perundangan Baginda Sun ).
2.
He Su, 4 Bab, Naskah-Naskah Dinasti He ( 2205 –
1766 SM ).
3.
Siang Su, 17 Bab, Naskah-Naskah Dinasti Siang (
1766 – 1122 SM ).
4.
Ciu Su; A, B, C; 32 Bab, Naskah - Naskah
Dinasti Ciu (1122-255 SM).[26]
·
YA KING / Yi
Jing / I Ching / Kitab Perubahan.
kitab ini
emgemukakan tentang system filsafat yang fantastis, yang menjelaskan arti dasar
tentang Yin (wanita) dan Yang (pria).[27]
·
Li Chi / buku
tentang upacara – upacara.
Konfusius
menyetujui beberpa upacara tradisional untuk mendisiplinkan rakyat dan membawa
kehalusan budi, keagungan dan kesopanan ke dalam tingkah laku social mereka. Ia
menyoroti asal – usul dan pentingnya upacara – upacara kuno dan mengingatkan
bahwa Li adalah suatu pernyataan perasaan. Dengan mengkritik praktek –praktek
yang merendahkan derajat, ia menyatakan bahwa Li tanpa perasaan adalah tidak
lain daripada upacara – upacara yang pura – pura saja.
·
Yeo / Buku
tentang Musik
Pada zaman
Konfucius music berhubungan erat dengan puisi, sehingga ketika ia menerbitkan
sajak – sajak kuno, ia juga menyusun pasangannya berupamusik untuk setiap sajak
yang telah diseleksinya. Ia juga mengubah lagu- lagu yang lama dan membuat
komposisi baru.
·
Chu’un Ch’ii /
Sejarah Musim Semi dan Musim Rontok
Berisi catatan
kronologis tentang peristiwa – peristiwa di negeri Lu mulai tahun pertama
pemerintahan Pangeran Yiu (722 S.M.) hingga tahun keempat belas dari
pemerintahn Pangeran Ai (481 S.M). menurut Chu Chai, tema pokok kitab ini
adalah menempatkan noram – norma pemerintahan yang baik, menetapkan kembali
pangeran – pangeran yang merebut kekuasaan di tempat mereka semula dan
menghukum menteri – menteri yang berbuat salah sehingga perdamaian dunia dan
persatuan dapat dipulihkan.[28]
Selain Kitab
Ngo King dan Su Si, ada 1 kitab lagi yang tidak boleh tidak dipentingkan.
Yaitu:
3.
HAUW KING /
Xiao Jing / Kitab Bakti.
Ditulis oleh Cingcu, murid Nabi Khongcu yang terdiri
dari 18 Bab. Berisi percakapan Nabi Khongcu dengan Cingcu. Merupakan Ajaran
tentang Berbakti dan Memuliakan Hubungan.
Zaman dahulu, seorang murid wajib memulai
pendidikan dengan belajar Hauw King, baru kemudian belajar Su Si dan terakhir
Liok King / Liu Jing / Enam Untaian / Himpunan Kitab ( atau yang dikenal
sebagai Ngo King).[29]
DAFTAR
PUSTAKA
Ali Mukti. Agama – Agama Di Dunia.( IAIN SUNAN KALIJAGA
PRESS: Yogyakarta,1988).
Arifin. Menguak Misteri Ajaran – Ajaran Agama Besar.
(Jakarta: Golden Trayon, 1995).
Hadikusuma
Hilman. Antropologi Agama bagian I (Pendekatan Budaya terhadap Aliran Kepercayaan,
Agama Hindu, Budha, Khonghucu di Indonesia). (PT. Citra Aditya Bakti:
Bandung, 1993)
Riwayat Hidup Konghucu terbitan MATAKIN : HAKSU TJHIE TJAY ING
Sou’yb Joesoef. Agama – agama Besar Di Dunia. (PT. Al Husna
Dzikra: Jakarta, 1996),
Tanggok M.
Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia
[1] Riwayat Hidup
Konghucu terbitan MATAKIN : HAKSU TJHIE TJAY ING
[2] HM. Arifin, Menguak
Misteri Ajaran – Ajaran Agama Besar, (Jakarta: Golden Trayon, 1995), hal.
25.
[3] Ibid, hal. 26.
[4] Theisme adalah
faham yang mengatakan bahwa Tuhan itu transcendence.
[5] M. Ikhsan
Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, (Jakarta :
Pelita Kebajikan, 2005), hal.7
[6] Ibid, hal. 9
[7] Joesoef
Sou’yb, Agama – agama Besar Di Dunia,
(PT. Al Husna Dzikra: Jakarta, 1996), hal. 170
[8] Cao adalah
sejenis otak untuk menempatkan manisan
[9] Too adalah
sejenis mangkok.
[10] Sekolah yang
dikelola oleh ayah Yan Ping Tiong.
[11] M. Ikhsan
Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, hal. 14
[12]Joesoef Sou’yb,
Agama – agama Besar Di Dunia,hal.171
[13] Yang
dipertuanwilayah Lu
[14] M. Ikhsan
Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia,hal.17
[15] H. Hilman
Hadikusuma, Antropologi Agama bagian I (Pendekatan Budaya terhadap Aliran
Kepercayaan, Agama Hindu, Budha, Khonghucu di Indonesia), (PT. Citra Aditya
Bakti: Bandung, 1993), hal.246
[17] M. Ikhsan
Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, hal. 27
[19] M. Ikhsan
Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, hal. 29-30
[20] H. Hilman
Hadikusuma, Antropologi Agama bagian I (Pendekatan Budaya terhadap Aliran
Kepercayaan, Agama Hindu, Budha, Khonghucu di Indonesia), (PT. Citra Aditya
Bakti: Bandung, 1993), hal. 248
[21] M. Ikhsan
Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, hal. 30-31
[22] Ibid, hal.38
[23] Ibid, hal.40
[25] M. Ikhsan
Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, hal. 41
[27] H. Hilman
Hadikusuma, Antropologi Agama bagian I (Pendekatan Budaya terhadap Aliran
Kepercayaan, Agama Hindu, Budha, Khonghucu di Indonesia), (PT. Citra Aditya
Bakti: Bandung, 1993), hal. 248
[28] H.A. Mukti
Ali, Agama – Agama Di Dunia,( IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS:
Yogyakarta,1988), hal. 227
Berkemungkinan Kong Hu Chu dan Lao Tse juga merupakan salah seorang nabi atau rasul Allah yang diutus pada Bangsa Tiongkok pada zaman dahulu kala sebelum Nabi Muhammad, SAW. Tapi kenapa ajarannya jauh berbeda dengan ajaran Nabi Muhammad, SAW? Karena Kitab-kitab suci yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad diutus Allah sudah banyak bercampur dengan tulisan tangan manusia jadi ada yang Firman Tuhan atau Sabda Nabi dan ada pula yang bukan Firman Tuhan dan bukan sabda nabi mereka masing-masing. Sejarah mencatat bahwa pada zaman Kaisar Sih Huang Ti, kitab-kitab ajaran khong hu cu banyak yang dibakar…walau sebagian sudah di salin, tapi bisa jadi ayat-ayat yang berhubungan dengan ketuhanan mungkin banyak yang dikurangi…Dalilnya sebagaimana Firman Allah yang berbunyi : “Dan diantara mereka ada yang buta huruf tidak mengetahui Kitab kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.”“Sungguh celakalah orang-orang yang menulis al-kitab dengan tangan mereka, lalu mereka katakan: “Ini adalah dari Allah.” (mereka lakukan itu) untuk mencari keuntungan sedikit. Sungguh celakalah mereka karena aktivitas mereka menulis kitab-kitab (yang mereka katakan dari Allah itu), dan sungguh celakalah mereka akibat tindakan mereka.” (QS Al-Baqarah : 78-79). Mudah-mudahan penganut Kong Hu Chu dan Taoisme ini diberi hidayah oleh Allah dan beriman kepada Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi dan rasul yang diutus Allah untuk mengembalikan ajaran Tauhid (Mengesakan Tuhan) kembali.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusRekomendasi Artikel Terkait --> SEJARAH KONG HU-CU (551 SM - 479 SM)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus